Senin, 28 Oktober 2024

Ambisi Tertinggal

 Deras air langit turun sedari pagi.

Apa senja akan terlewat begitu saja dihari ini?

Sempat kah pelangi datang sebelum waktu berkahir? Atau aku yang terlalu lambat merajut warnanya?


Ayah, sepertinya ambisiku tertinggal, entah dimana. Bisa tolong ingatkan lagi?

Aku lupa, ayah, harus apa dan kemana.

Bisa sekali lagi jelaskan, apa itu hidup?


Ibu, energi ku habis, jalan ku mulai lunglai.

Boleh peluk sebentar?

Ini ya bu, rasanya jatuh? 

Rasanya dulu tidak semenyakitkan ini.

Boleh ya, balut sekali lagi luka ku.


Mungkin saat ini langkahku terlalu jauh,

Boleh aku pulang sebentar? 

Rasanya lelah, berputar tak tau arah, tak tau mau kemana.

Bisakah senja menunggu lebih lama?

Aku masih binggung menentukan warna pelangiku sendiri.

Selasa, 01 Maret 2022

PULANG...

 Kepada kamu, laki-laki yang saat ini aku tetapkan menjadi rumah untukku. 

Untuk aku, apapun yang terjadi, kamu tetap sama, tetap menjadi puisi pukul 1 pagiku.


Ialah waktu paling pekat dari terciptanya sajak paling jujur, atau keluarnya cacian paling keji. 

Diantara khusyuk nya doa, atau dosa paling gelap. 

Diantara tulusnya cinta, Atau khianat paling gila.

Waktu dimana ketika hati dan logika saling berdebat hebat, atau mereka saling enggan melepas pelukan.


Demi waktu-waktu yang sudah sedikit banyak berjalan bersama kita, 

dengan cepat dan lambat berputar mengiringi, 

dengan suka dan duka menyelimuti.

Maaf, masih ada banyak kata "mungkin", yang masih sering terucap, 

masih ada "ingin" yang tergantung tinggi di langit-langit mimpi kita.

Maaf, untuk kerumitan yang seharusnya bisa disederhanakan.

Maaf, untuk setiap kata-kata, atau bahkan sikap yang tidak pada porsinya.

Dan maaf, karna masih ada rumpang yang belum kunjung rampung, diantara kita.


Menyatukan satu ego diantara 2 kepala yang berbeda memang sedikit rumit.

Tolong, jangan rusak "rumah" kita, dengan segala ingin, yang tidak aku mengerti.

Tolong jabarkan, semua rasa, apapun, yang seharusnya aku tau.

Jadi, kerumitan yang terjadi didalam kepala kamu, tolong suarakan.


Mungkin bukan suatu hal yang berarti, untukmu, jika menjadi sosok yang di-segalakan dalam hidup seorang perempuan.

Tapi untukku, bukan perkara mudah melepas  perasaanku untuk pria manapun, dan kau, berhasil memenangkannya.

Jadi, terimakasih, sudah berhasil membuat diriku dengan rela diam, dan menetap, menjadikanmu tujuan akhirku.

Terimakasih, untuk rasa sabar, dengan logikaku, yang terkadang kerap kali pecicilan, mengganggu tenang perasaan.

Terimakasih, dengan banyaknya kekurangan aku yang masih bisa kamu terima.

Terimakasih, untuk setiap kalimat dan sikap yang terlontar jujur dari dalam diri kamu.

Dan terimakasih, saat ini, sudah mau menetapkan pulangmu untuk aku. 


Dengan segala tangis bahagia dan kecewa, 

yang sudah dan akan kita hadapi bersama.

Dengan berbagai kurang dan lebih, yang sama-sama kita terima satu sama lain.

Dengan tutur lembut atau terkadang penuh penekanan yang terlontar diantara kita.

Dan dengan segala hal yang lewat, untuk mempersatukan atau memisahkan.

Berbeda waras bukan berarti tidak bisa selaras, bukan?

Yang terkadang, memang butuh arus yang deras untuk membawa kita ke luasnya laut.

Dengan ini, dari banyaknya kata yang satu per satu kamu baca, 

ada kata sesederhana "aku sayang kamu", 

Yang cukup, untuk merangkum semua isi kepalaku.


Tetap bernafas, dan berbahagia.

Dari aku, yang masih bingung dengan isi kepalamu :) 

Jumat, 17 April 2020

HARAPAN

Tak lagi sanggup nafas ku hembus,
berjalan gontai tak tentu arah.
Lelah kaki tak sanggup menapak,
tergores tajam, tercipta luka.

Merangkak lah...

Sabtu, 16 September 2017

MENULIS DENGAN KEDIPAN MATA

terkadang kalian jenuh gak sih dengan rutinitas dan tuntutan hidup yang kalian punya?
semua orang pasti mengalami hal itu, ada yang bertahan ada pula yang meninggalkan karna lelah, sangat manusiawi menurut saya.
kesuksesan bukan lah hal yang mudah untuk  dicapai, banyak halangan dan rintangan yang akan kita hadapi, dari luar maupun dari dalam diri kita sendiri.
tapi apapun halangannya jangan lah pernah berputus asa, karna masih banyak orang diluar sana yang sukses karna semua kerja kerasnya.
termasuk kisah seorang penulis Perancis yang tetap menulis dalam kondisi lumpuh. Ia “menulis” dengan kedipan matanya. Kisah hidupnya kemudian difilmkan, dan menjadi 4 nominasi Academy Award.
Jean-Dominique Bauby, lahir di Perancis pada 23 April 1952. Dia sekolah di Paris. Ia merupakan ayah dari dua orang anak; Theophile and Celeste. Setelah bekerja sebagai jurnalis selama beberapa tahun, ia menjadi editor di salah satu majalah terkenal di Paris yang membahas tentang fasion, kecantikan, kesehatan dan hiburan, Elle pada 1991 hingga kemudian ia dipercayakan sebagai pemimpin redaksi (pimred) majalah tersebut.